Pulau Nias
memiliki kekayaan alam menawan menghiasi darat dan lautnya, Pulau Nias juga
dibingkai dengan seni budaya yang patut untuk dinikmati. Pulau yang terletak
sekira 85 mil dari Sibolga ini merupakan kepulauan yang diisi pulau-pulau kecil
dan dikelilingi Samudera Hindia. Pulau Nias terbagi dalam empat kabupaten yaitu
Nias Selatan, Nias Utara dan Nias Barat.
Tari Fataele tidak bisa dipisahkan dengan tradisi
Lompat Batu Nias, karena lahirnya berbarengan dengan tradisi Homo Batu. Dahulu
kala Suku Nias sering berperang antarkampung. Biasanya pemicu perang adalah
perebutan lahan atau bahkan merebut kampung orang lain.
Seperti halnya sistem kepemimpinan kampung yang
dipimpin seorang kepala desa atau kepala suku, dahulu setiap kampung di Nias
juga dipimpin oleh seorang kepala suku yang disebut Si'ulu yang
berarti bangsawan. Kemungkinan setiap kepala suku di setiap desa merupakan
keturunan bangsawan. Uniknya seiring dengan perkembangan zaman, sistem
kepemimpinan ini masih tetap ada di setiap kampung Teluk Dalam.
Akhirnya untuk mempertahankan kekuasaan dan
kampungnya dari serangan penduduk kampung lain, setiap Si’ulu berinisiatif
mengumpulkan pemuda desa untuk dilatih perperang. Jenis latihan yang diberikan
oleh Si’ulu adalah dengan melatih kemampuan Lompat Batu “Hombo
Batu” para pemuda. Jika mereka mampu menaklukkan batu setinggi 2 meter
berbentuk prisma yang dibentuk dari tumpukan batu tersebut maka mereka dinggap
mampu untuk membela dan mempertahankan kampung mereka. Jadi secara tidak
langsung tradisi Lompat Batu ini terlahir dari konflik perang yang terjadi
antar kampung. Untuk merayakan kelulusan pemuda dari ujian tersebut, Si’ulu
akan mengadakan pesta dengan memotong babi dan kemudian diikuti dengan
pengumuman pada warga kampung mengenai pasukan Fataele yang sudah terbentuk.
Si’ulu ternyata membentuk pasukan Fatele tidak
hanya untuk keperluan pertahanan kampung tapi juga untuk kegiatan adat seperti
upacara kematian anggota keluarga Si’ulu maupun pesan adat seperti pengangkatan
Si’ulu yang baru, pernikahan Si’ila dan juga penyambutan tamu kehormatan.
Sampai saat ini fungsi dari pasukan Fatele masih tetap sama kecuali fungsi
aslinya yaitu sebagai prajurit pertahanan kampung. Hal ini dikarenakan konflik
perebutan lahan dan kampung sudah tidak ada.
Dalam menarikan tarian ini, penari mengenakan
pakaian warna warni terdiri dari warna hitam, kuning dan merah, dilengkapi
dengan mahkota di kepala. Layaknya kesatria dalam peperangan penari juga
membawa Tameng, pedang dan tombak sebagai alat pertahanan dari serangan musuh.
Tameng yang digunakan terbuat dari kayu bebentuk seperti daun pisang berada di
tangan kiri yang berfungsi untuk menangkis serangan musuh. Sedangkan pedang
atau tombak berada di tangan kanan berfungsi untuk melawan serangan musuh.
Kedua senjata ini merupakan senjata utama yang digunakan kesatria nias untuk
berperang.
|
Fogaele ini salah satu tarian nias yang memberikan sisara afo (sekapur sirih) bila ada tamu kehormatan yang berkunjung ke pulau nias khususnya di desa bawomataluo |
|
Foere...tarian yang beralunan lagu khas daerah |
|
|
pemuda-pemuda Nias telah berperang di medan perang cara ini salah satu cara untuk memperagakan untuk bagaimana cara menangkis tombak dari musuh dengan mengandalkan Buluse (Perisai) |
|
Tarian Fadoli Hia |
|
Tari Moyo (Tarian Elang) |
|
Tarian Perang |
|
Famanu Tarian ini salah satu menguji mental orang nias untuk bagaimana cara menahan tombak dari musuh, sehingga dapat mengalahkan musuh dalam pemerangan. |
0 komentar: